IDENTITAS PENULIS :
Nama : Alfianisa Sofiarani
Kelas : PBI-6B
NIM : 133411073
Mahasiswa semester 6, Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Artikel ini dibuat guna memenuhi tugas Mid-Semester mata kuliah Islam dan Budaya Jawa, dosen pengampu M.Rikza Chamami, M.SI.
Artikel tentang kunjungan ke Museum Ronggowarsito Semarang (Jl. Abdul Rahman Saleh No.1, Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah)
MUSEUM RONGGOWARSITO
Oleh: Alfianisa Sofiarani
Museum yang diresmikan tanggal 5 Juli 1989 dan memiliki koleksi 59784 koleksi ini terletak di Jl. Abdul Rahman Saleh No.1, Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Dengan lokasi ini, museum sangat mudah dijangkau dan sangat strategis. Museum Ronggowarsito sering dikunjungi sebagai sarana pendidikan seperti yang penulis lakukan pada Minggu, 24 April 2016. Tak heran karena museum ini merupakan museum kebanggaan masyarakat Jawa Tengah karena merupakan salah satu tempat yang melestarikan aset-aset budaya Jawa.
Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan sejarah jawa, mulai dari baju adat, kesenian, perhiasan, keris dan senjata lain, miniatur bangunan bersejarah, miniatur perjuangan pada masa penjajah, arca, berbagai keramik, hingga peninggalan peninggalan pada zama batu. Terdapat pula beberapa informasi tentang tempat wisata yang berupa gua dan air terjun. Bahkan peninggalan berupa kitab suci al-Qur’an yang ditulis tangan pun tersimpan rapi di museum Ronggowarsito.
Dalam penjelasan yang terdapat di setiap benda yang ditampilkan di museum Ronggowarsito, seperti baju adat, kesenian, miniatur bangunan, dsb, ternyata banyak sekali filosofi yang terkandung didalamnya. Seperti bangunan Masjid Menara Kudus yang merupakan akulturasi dari budaya Hindu dan Islam. Masjid Menara Kudus memiliki corak khas Jawa yaitu memakai bentuk atap bertingkat atau berpunden atau tumpang tiga, sebagai lambang keIslaman yang ditopang oleh tiga aspek, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Bentuk atap ini ditafsirkan sebagai tingkat dasar atau permulaan, tingkat menengah dan tingkat akhir yang sejajar dengan jenjang vertikal Iman, Islam dan Ihsan tersebut. Selain itu juga dianggap sejajar dengan syari’at, thoriqot dan ma’rifat.
Proses akulturasi juga terdapat pada bangunan Masjid Agung Demak. Motif-motif hias tiang bangunannya berhubungan dengan kebudayaan Majapahit saat itu. Bangunan induk dan serambi juga mengadaptasi dari bentuk istana-istana Majapahit. Dan banyak lagi benda peninggalan yang ditampilkan di museum Ronggowarsito yang merupakan akulturasi budaya Jawa dan Islam.
Sayang sekali, penulis tidak dapat melihat keseluruhan koleksi museum Ronggowarsito karena sedang dalam proses renovasi, ada juga koleksi yang sedang dipinjam untuk pameran di Ancol. Meskipun begitu, penulis banyak mendapat informasi baru tentang budaya Jawa.
Belajar tidak melulu didalam kelas dengan guru/dosen berceramah, misalnya pembelajaran Islam dan Budaya Jawa dengan mengunjungi museum Ronggowarsito ternyata juga cukup menarik dan terasa lebih nyata dengan melihat langsung beragamnya contoh budaya Jawa.
Budaya suatu daerah tidak dapat diterapkan disuatu daerah tanpa disesuaikan dengan keadaan setempat, itulah mengapa setiap budaya di suatu daerah memiliki keunikan tersendiri. Keunikan inilah yang menjadi identitas dareah tersebut. Budaya Jawa merupakan identitas masyarakat Jawa, identitas yang mencerminkan kehidupan masyarakat Jawa. Mari kita jadi orang Jawa yang njawani.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan budayanya. Mari kita tunjukan kepedulian kita terhadap budaya kita, agar budaya kita tidak tergerus oleh zaman, dan tidak akan menjadi kenangan dan terlupakan. #Uinpedulijawa